Rabu, 27 Februari 2013

psikologi konseling tentang konseling krisis


Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya.
Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis adalah: 1.kejadian yang penuh resiko, 2.keadaan rentan, 3.faktor pencetus yang menimbulkan krisis dan 4. keadaan krisis yang aktif. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun.
Faktor-faktor keseimbangan yang dimiliki seseorang akan menentukan apakah seseorang akan mengalami krisis atau tidak. Faktor-faktor itu adalah: 1. daya memahami yang memadai, 2. memiliki jalinan hubungan (relasi) yang memadai, 3. berbagai mekanisme penanggulangan yang dimiliki (tindakan mempertimbangkan, menyangkal, mencari informasi, berdoa, membaca kitab suci, dsb) dan 4. kurun waktu yang terbatas.
Tidak semua krisis yang terjadi adalah tidak terduga. Banyak krisis yang sebenarnya dapat diperhitungkan, misalnya perubahan usia hidup dari melajang menjadi menikah, menikah kemudian memiliki anak-anak, krisis paruh baya dan menjadi pensiun dari kondisi bekerja.Adajuga krisis yang dapat ditimbulkan disebabkan karena perubahan sehat menjadi sakit, perubahan tempat kerja atau tempat tinggal dan sebagainya.
Empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis adalah:

Fase-1 Pengaruh
Fase-2 Penarikan diri-Kebingungan
Fase-3 Penyesuaian diri
Fase-4 Pembangunan kembali-Pendamaian
Waktu
Jam
Hari
Minggu
Bulan
Tanggapan
Menghadapi-Lari
Marah-takut-gusar-merasa bersalah
Memulai pikiran positif
Pengharapan
Pikiran
Mati rasa -kehilangan orientasi
Ragu-ragu
Tidak pasti
Memecahkan masalah
Mengkonsolidasi pemecahan masalah
Arah
Mencari objek yang hilang
Tawar menawar-melepaskan
Mencari objek baru
Mengingatkan diri kembali
Perilaku mencari
Mengenangkan
Mengamati dengan bingung
Menyelidiki dengan terpusat
Menguji realitas
Bimbingan yang dibutuhkan
Menerima perasaan
Petunjuk yang berorientasi tugas
Dukungan-wawasan rohani
Pemecahan masalah-pengharapan yang menguatkan





Delapan langkah intervensi utama yang harus dilakukan konselor untuk menolong seseorang yang sedang mengalami krisis adalah:
  1. Langkah pertama adalah Intervensi langsung. Apabila suatu kasus krisis dinilai dapat berakibat membahayakan misalkan ada yang mau bunuh diri, maka intervensi langsung harus dilakukan secepatnya, tujuan nya adalah menjaga agar tidak terjadi kehancuran.
  2. Langkah kedua adalah segera mengambil tindakan yang dianggap perlu. Biasanya orang yang sedang mengalami krisis penuh dengan rasa ragu-ragu, sehingga konselor harus mendorong konseli sedemikian rupa agar segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis nya. Mereka harus mengerti bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka dan untuk mereka.
  3. Langkah ketiga adalah mencapai sasaran terbatas dari konseling krisis yaitu mencegah kehancuran dan menolong orang tersebut mendapatkan keseimbangan.
  4. Langkah keempat adalah menumbuhkan harapan dan kemungkinan masa depan yang positif. Disini dibutuhkan informasi yang jelas dan interaksi yang berarti antara konseli dengan kondisi informasi itu. Apakah konseli menunjukkan kemauan nya berubah mengatasi masalahnya sejalan dengan informasi yang telah ia terima.
  5. Langkah kelima adalah memberikan dukungan. Teleponlah segera untuk mengetahui keadaannya dan carilah jalan untuk memperluas dukungan dari hubungan-hubungan lain yang sehat bagi konseli, misalkan dengan meminta dukungan keluarga, teman-teman dekat ataupu komunitas gereja setempat.
  6. Langkah keenam adalah pemacahan masalah yang terfokus. Konselor dan konseli berusaha menemukan akar permasalahan yang dihadapi kemudian menyusun langkah-langkah praktis yang akan segera dilakukan.
  7. Langkah ketujuh adalah membangun konsep diri dan harga diri konseli. Pada waktu terjadi krisis selalu ada rasa gelisah dan rasa harga diri yang rendah.
  8. Langkah kedelapan adalah menanamkan rasa percaya diri. Hal ini sangat dibutuhkan konseli agar ia mampu mengatasi masalahnya dengan lebih berani dan mencapai kemajuan-kemajuan dari proses konseling yang diharapkan.

KONSELING KRISIS UNTUK SEORANG ANAK JALANAN
1. Memberikan kecukupan makanan yang memenuhi gizi
Makanan dan minuman merupakan langkah pertama bagi konseli krisis ini. konselor
harus siap memenuhi kebutuhan makanan dan minuman pokoknya untuk sementara dan
selagi masih memiliki kesempatan untuk dekat dengan anak jalanan tersebut.
2. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya anak
jalanan tersebut sebagai anak yang baik dan tidak nakal. Konselor percaya bahwa anak
jalanan tidak selalu dan bukanlah anak yang selalu menimbulkan kerusuhan dan
kerusakan bagi orang lain, tidak selalu menimbulkan keresahan bagi pengguna jalan
raya.
3. Memperhatikan perubahan dan kondisi tubuh konseli
Kadang perkataan dan kejadian sebenarnya tidak sama, atas sebab untuk menutupi
kejadian yang tidak diinginkannya terjadi, tetapi tetap terjadi tanpa dirinya bisa
menghalangnya. Akan tetapi, bebaskan diri dari sikap mencurigai dan berlebihan
memberikan tuduhan, apalagi tuduhan negatif..
4. Memberikan dukungan nonverbal dan semangat.
Konselor bisa memberikan semangat dan menumbuhkan rasa berharga diri pada diri
anak, sehingga semangat untuk maju dan bermasa depan cerah tetap tumbuh dan subur
di hatinya..
5. Tidak menggunakan bahasa kasar dan menyindir apalagi menuduhnya berbuat yang
negatif. Gunakan bahasa yang halus dan lembut, seperti seorang ibu yang menasehati
anaknya sendiri.


KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM KRISIS
KARENA KEHILANGAN SESEORANG YANG DICINTAI
1. Memberikan gambaran bahwa hidup pasti ada kematian dan kehidupan. Kata-kata ini
tidak harus diucapkan dengan suara keras, cukuplah dengan sedikit bisikan halus tetap
tetap terdengar jelas bagi konseli.
2. Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.
2. Memperhatikan raut muka dan matanya secara halus.
Pandangan lewat mata kadang memberikan harapan mendalam akan pengertian
konselor dan perhatiannya kepada konseli .
3. Menggunakan sentuhan tangan yang halus dan tidak kasar. Jika diperbolehkan oleh
dokter, maka konselor bisa sedikit menyentuh tangan konseli, tetapi tidak secara terus
menerus.
4. Berikan banyak harapan dan semangat menempuh hidup
Walaupun di dalam musibah yang teramat menyakitkan ini, berikanlah harapan cerah
kepada konseli bahwa kesedihannya akan tidak baik untuk hidup dan masa depannya
sendiri.
5. Memberikan dukungan dan semangat untuk bangkit dan menempuh hidup tanpa orang
yang dicintainya.


KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM PROSES
PERCERAIAN
1. Memberikan kepekaan perasaan yang empatis terhadap orang yang dalam proses
perceraian.
Konselor memperhatikan orang tersebut secara mendalam dan seksama,
2. Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.
3. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya
konseli berniat baik dengan keputusannya bercerai.
Memang tidak semua jalan perkawinan harus berakhir dengan perceraian, tetapi jika itu
pilihan yang menurut dua orang suami istri merupakan jalan terbaik, maka konselor
juga hanya bisa menyampaikan bahwa kalau bisa perceraian tersebut ditunda, sebagai
ganti melarang bercerai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar