Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali
dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk
menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar.
Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya.
Unsur-unsur
yang umum dalam sebuah krisis adalah: 1.kejadian yang penuh resiko, 2.keadaan
rentan, 3.faktor pencetus yang menimbulkan krisis dan 4. keadaan krisis yang
aktif. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau
gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun.
Faktor-faktor
keseimbangan yang dimiliki seseorang akan menentukan apakah seseorang akan
mengalami krisis atau tidak. Faktor-faktor itu adalah: 1. daya memahami yang
memadai, 2. memiliki jalinan hubungan (relasi) yang memadai, 3. berbagai
mekanisme penanggulangan yang dimiliki (tindakan mempertimbangkan, menyangkal,
mencari informasi, berdoa, membaca kitab suci, dsb) dan 4. kurun waktu yang
terbatas.
Tidak semua
krisis yang terjadi adalah tidak terduga. Banyak krisis yang sebenarnya dapat
diperhitungkan, misalnya perubahan usia hidup dari melajang menjadi menikah,
menikah kemudian memiliki anak-anak, krisis paruh baya dan menjadi pensiun dari
kondisi bekerja.Adajuga krisis yang dapat ditimbulkan disebabkan karena
perubahan sehat menjadi sakit, perubahan tempat kerja atau tempat tinggal dan
sebagainya.
Empat fase
yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis adalah:
|
Fase-1
Pengaruh
|
Fase-2
Penarikan diri-Kebingungan
|
Fase-3
Penyesuaian diri
|
Fase-4 Pembangunan
kembali-Pendamaian
|
Waktu
|
Jam
|
Hari
|
Minggu
|
Bulan
|
Tanggapan
|
Menghadapi-Lari
|
Marah-takut-gusar-merasa
bersalah
|
Memulai
pikiran positif
|
Pengharapan
|
Pikiran
|
Mati rasa
-kehilangan orientasi
|
Ragu-ragu
Tidak
pasti
|
Memecahkan
masalah
|
Mengkonsolidasi
pemecahan masalah
|
Arah
|
Mencari
objek yang hilang
|
Tawar
menawar-melepaskan
|
Mencari
objek baru
|
Mengingatkan
diri kembali
|
Perilaku
mencari
|
Mengenangkan
|
Mengamati
dengan bingung
|
Menyelidiki
dengan terpusat
|
Menguji
realitas
|
Bimbingan
yang dibutuhkan
|
Menerima
perasaan
|
Petunjuk
yang berorientasi tugas
|
Dukungan-wawasan
rohani
|
Pemecahan
masalah-pengharapan yang menguatkan
|
|
|
|
|
|
Delapan
langkah intervensi utama yang harus dilakukan konselor untuk menolong seseorang
yang sedang mengalami krisis adalah:
- Langkah pertama adalah
Intervensi langsung. Apabila suatu kasus krisis dinilai dapat berakibat
membahayakan misalkan ada yang mau bunuh diri, maka intervensi langsung
harus dilakukan secepatnya, tujuan nya adalah menjaga agar tidak terjadi
kehancuran.
- Langkah kedua adalah segera
mengambil tindakan yang dianggap perlu. Biasanya orang yang sedang
mengalami krisis penuh dengan rasa ragu-ragu, sehingga konselor harus
mendorong konseli sedemikian rupa agar segera mengambil tindakan nyata
untuk mengatasi krisis nya. Mereka harus mengerti bahwa sesuatu sedang
dilakukan oleh mereka dan untuk mereka.
- Langkah ketiga adalah mencapai
sasaran terbatas dari konseling krisis yaitu mencegah kehancuran dan
menolong orang tersebut mendapatkan keseimbangan.
- Langkah keempat adalah
menumbuhkan harapan dan kemungkinan masa depan yang positif. Disini
dibutuhkan informasi yang jelas dan interaksi yang berarti antara konseli
dengan kondisi informasi itu. Apakah konseli menunjukkan kemauan nya
berubah mengatasi masalahnya sejalan dengan informasi yang telah ia
terima.
- Langkah kelima adalah
memberikan dukungan. Teleponlah segera untuk mengetahui keadaannya dan
carilah jalan untuk memperluas dukungan dari hubungan-hubungan lain yang
sehat bagi konseli, misalkan dengan meminta dukungan keluarga, teman-teman
dekat ataupu komunitas gereja setempat.
- Langkah keenam adalah pemacahan
masalah yang terfokus. Konselor dan konseli berusaha menemukan akar
permasalahan yang dihadapi kemudian menyusun langkah-langkah praktis yang
akan segera dilakukan.
- Langkah ketujuh adalah
membangun konsep diri dan harga diri konseli. Pada waktu terjadi krisis
selalu ada rasa gelisah dan rasa harga diri yang rendah.
- Langkah kedelapan adalah
menanamkan rasa percaya diri. Hal ini sangat dibutuhkan konseli agar ia
mampu mengatasi masalahnya dengan lebih berani dan mencapai
kemajuan-kemajuan dari proses konseling yang diharapkan.
KONSELING KRISIS
UNTUK SEORANG ANAK JALANAN
1. Memberikan kecukupan makanan
yang memenuhi gizi
Makanan dan minuman merupakan
langkah pertama bagi konseli krisis ini. konselor
harus siap memenuhi kebutuhan
makanan dan minuman pokoknya untuk sementara dan
selagi masih memiliki kesempatan
untuk dekat dengan anak jalanan tersebut.
2. Konselor memberikan pemahaman
kepada konseli bahwa konselor tetap percaya anak
jalanan tersebut sebagai anak
yang baik dan tidak nakal. Konselor percaya bahwa anak
jalanan tidak selalu dan bukanlah
anak yang selalu menimbulkan kerusuhan dan
kerusakan bagi orang lain, tidak
selalu menimbulkan keresahan bagi pengguna jalan
raya.
3. Memperhatikan perubahan dan
kondisi tubuh konseli
Kadang perkataan dan kejadian
sebenarnya tidak sama, atas sebab untuk menutupi
kejadian yang tidak diinginkannya
terjadi, tetapi tetap terjadi tanpa dirinya bisa
menghalangnya. Akan tetapi,
bebaskan diri dari sikap mencurigai dan berlebihan
memberikan tuduhan, apalagi
tuduhan negatif..
4. Memberikan dukungan nonverbal
dan semangat.
Konselor bisa memberikan semangat
dan menumbuhkan rasa berharga diri pada diri
anak, sehingga semangat untuk
maju dan bermasa depan cerah tetap tumbuh dan subur
di hatinya..
5. Tidak menggunakan bahasa kasar
dan menyindir apalagi menuduhnya berbuat yang
negatif. Gunakan bahasa yang
halus dan lembut, seperti seorang ibu yang menasehati
anaknya sendiri.
KONSELING KRISIS
BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM KRISIS
KARENA
KEHILANGAN SESEORANG YANG DICINTAI
1. Memberikan gambaran bahwa
hidup pasti ada kematian dan kehidupan. Kata-kata ini
tidak harus diucapkan dengan
suara keras, cukuplah dengan sedikit bisikan halus tetap
tetap terdengar jelas bagi
konseli.
2. Konselor tidak banyak
mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir
konseli tidak bisa menawabnya.
2. Memperhatikan raut muka dan
matanya secara halus.
Pandangan lewat mata kadang memberikan
harapan mendalam akan pengertian
konselor dan perhatiannya kepada
konseli .
3. Menggunakan sentuhan tangan
yang halus dan tidak kasar. Jika diperbolehkan oleh
dokter, maka konselor bisa
sedikit menyentuh tangan konseli, tetapi tidak secara terus
menerus.
4. Berikan banyak harapan dan
semangat menempuh hidup
Walaupun di dalam musibah yang
teramat menyakitkan ini, berikanlah harapan cerah
kepada konseli bahwa kesedihannya
akan tidak baik untuk hidup dan masa depannya
sendiri.
5. Memberikan dukungan dan
semangat untuk bangkit dan menempuh hidup tanpa orang
yang dicintainya.
KONSELING KRISIS
BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM PROSES
PERCERAIAN
1. Memberikan kepekaan perasaan
yang empatis terhadap orang yang dalam proses
perceraian.
Konselor memperhatikan orang
tersebut secara mendalam dan seksama,
2. Konselor tidak banyak
mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir
konseli tidak bisa menawabnya.
3. Konselor memberikan pemahaman
kepada konseli bahwa konselor tetap percaya
konseli berniat baik dengan
keputusannya bercerai.
Memang tidak semua jalan
perkawinan harus berakhir dengan perceraian, tetapi jika itu
pilihan yang menurut dua orang
suami istri merupakan jalan terbaik, maka konselor
juga hanya bisa menyampaikan
bahwa kalau bisa perceraian tersebut ditunda, sebagai
ganti melarang bercerai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar