Rabu, 27 Februari 2013

Layanan konseling kelompok


A. Pengertian Konseling  Kelompok
            Layanan konseling kelompok adalah layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
            Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan konseling kelompok secara terpadu dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Sebagai kegiatan, layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Seperti halnya layanan bimbingan dan konseling.
            Dalam konseling kelompok membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi itu, dibahas dalam suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif.
(Prayitno 2004: hal 1)
                                                                
B. Tujuan Umum Layanan Konseling Kelompok
            Tujuan Umum layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunkasi peserta layanan, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan nilai ilmu dan agama. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan konseling kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilongggarkan dan diringankan. (Prayitno 2004: hal 2)




C. Tujuan Khusus Layanan Konseling Kelompok
            Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh tujuan sekaligus:
1.       Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi atau komunikasi, dan
2.      Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain dari peserta layanan konseling kelompok. (Prayitno 2004: hal 3)

D. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok
1. Pemimpin Kelompok (PK)
            Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional.
            Kemampuan yang harus dimiliki seorang konselor dalam melaksanakan layanan konseling kelompok adalah:
·         Menciptakan suasana kelompok sehingga terciptanya dinamika kelompok
·         Berwawasan luas (ilmiah dan moral).
·         Mampu membina hubungan antarpersonal yang hangat, damai, berbagi, empatik, altruistik, jauh dari kesukaaan untuk membuat kelompok.
Sedangkan peranan PK dalam hal ini adalah:
·         Membentuk kelompok
·         Melakukan penstrukturan
·         Mengembangkan dinamika kelompk
·         Mengevaluasi proses dan hasil belajar
2. Anggota Kelompok
            Tidak semua orang atau individu dapat dijadikan anggota konseling kelompok.Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang Konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan. (Prayitno 2004: hal 8)
            Jumlah kelompok yaitu antara 8-10 orang dengan memperhatikan homogenitas dan heterogenitas kemampuan anggota kelompok. Kemampuan dengan perbandingan 2:1 antara yang pintar atau kurang pintar. Dari segi jenis pria atau wanita yaitu 1:1.


Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok:
·         Homogenitas dan Heterogenitas dalam Konseling Kelompok
            Dalam hal ini anggota kelompok yang homogen kurang efektif dalam konseling kelompok. Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Pembahasan dapat diitnjau dari berbagai sesi, tidak monoton, dan terbuka. Heterogenitas dapat mendobrak dan memecahkan kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok. Heterogenitas yang dimaksudkan tentu bukan asal beda. (Prayitno 2004: hal 11)
·         Jenis anggota kelompok
            Kelompok tertutup yaitu anggota tetap dan tidak berubah jumlah anggotanya. Kelompok terbuka yaitu anggota bergantian dan tidak menetapkan. Pengertian adalah sejumlah orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Konseling kelompok agar dapat mengentaskan masalah pribadi anggota kelompoknya.

Peran Anggota Kelompok
            Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dlam bentuk:
1.  Aktif, mandiri melaui aktivitas langsung melalui sikap 3M (mendengar dengan aktif, memahami dengan positif dan merespon dengan tepat dan positif), sikap seperti seorang konselor.
2. Berpikir dan berbagi pendapat, ide dan pengalaman
3. Merasa, berempati dan bersikap
4. Menganalisa, mengkritisi dan berargumentasi
5. Berpartisipasi dalam kegiatan bersama

            Aktifitas mandiri masing-masing anggota kelompok diorientasikan pada kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini diwujudkan dalam:
1. Aktif membina keakraban, membina keikatan emosional
2. Mematuhi etika kelompok
3. Menjaga kerahasiaan, perasaan dan membantu serta
4. Membina kelompok untuk menyukseskan kegiatan kelompok.

E. Asas
Dalam konseling kelompok, asas yang dipakai :
1. Kerahasiaan
            Segala sesuatu yang dibahas  dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok. Seluruh anggota kelompok hendaknya menyadari benar hal ini dan bertekad untuk melaksanakannya. Aplikasi asas kerahasiaan lebih dirasakan pentingnya dalam konseling kelompok mengingat hal yang dibahas dalam layanan ini adalah masalah pribadi anggota kelompok.

2. Kesukarelaan
            Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh Konselor (PK). Kesukarelaan terus menerus dibina melalui upaya Konselor mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan konseling kelompok. Dengan asas kesukarelaan anggota kelompok akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

à Asas-asas lain :
1. Keterbukaan
2. Kegiatan
            Dinamika kelompok dalam konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dan keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisi dan bervariasi.

3. Kekinian
            Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal  atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan untuk kepentingan pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan datang direncanakan sesuai dengan  kondisi yang ada sekarang.


4. Kenormatifan
            Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan.

5. Keahlian           
            Asas keahlian diperlihatkan oleh Konselor dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengambangkan kagiatan kelompok dalam mangembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.
(Prayino 2004: hal 14-15)

F. Tahap Penyelenggaraan
Layanan konseling kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu:
a. Tahap Pembentukan
            Tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk menbentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
b. Tahap Peralihan
            Tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Juga untuk meninjau pemahaman anggota kelompok terhadap apa yang akan dilaksanakannya seperti masih ragu-ragu untuk mengikuti layanan konseling kelompok. Lihat suasana dan situasi anggota kelompok.
c. Tahap Kegiatan
            Tahap kegiatan, yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
d. Tahap Pengakhiran
            Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan, mengecek apa yang telah dicapai anggota kelompok (evaluasi). Penyampaian kesan dan pesan serta menanyakan kapan akan dilaksanakan layanan Konseling kelompok kembali atau merencanakan kegiatan selanjutnya.
(Prayitno 2004: hal 18-19)

G. Isi Layanan
            Dalam konseling kelompok adalah membahas masalah individu. Setiap anggota menyampaikan permasalahannya, namun tidak harus semua anggota kelompok. Jika telah terkemukakan masalah, maka perlu dibahas dan dimusyawarahkan masalah siapa yang terlebih dahulu akan dibahas.

H. Teknik
àUMUM:
1. Bagaimana menciptakan dinamika kelompok melalui komunikasi yang terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok (komunikasi multiarah) yang efektif, terkendali.
2. Pemberian rangsangan agar anggota berinisiatif mengemukakan pendapat untuk berdiskusi.
3. Dorongan minimal agar anggota kelompok terus beraktivitas
4. Penjelasan lebih mendalam tentang pendapat yang dikemukakan.
5. Pelatihan terhadap tingkah laku baru bagi anggota kelompok.

àKegiatan selingan:
Beberapa kegiatan selingan yang bisa dilakukan diantaranya, permainan-permainan yang fungsinya sebagai selingan, pembinaan dan mengintrospeksi diri.

sumber:
Prayitno.(2004). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

2 komentar:

  1. halo kak, salam kenal ya.

    mampir juga:
    https://irvanhermawanto.blogspot.co.id/2017/08/dasar-dasar-bimbingan-konseling.html

    BalasHapus